Tuesday, January 04, 2011

toi

kabut2 putih
tanah kejap
bumi berjasa
pentas berwarna-warni
kalam menari pinta digenggami
jiwa lelah menyaksi sirna
tampak cerah malap mengansur
kerana ilmu diasah-asah
tajam melukai hamburan pincang
maka-
kala luruh hasilan minda
mentari malu menyuluh sejalur
sekali daifnya hamba menginjak
dedalu kini menjadi ara
dunia sepi laksana gundah
bibir mengunci hati meludah
bila ular menjalari akar
bisanya tetap bersama raga

2 comments:

Soleh Ismail said...

Hati yang hidup, seperti ikan yang hidup, air masin isinya tetap tawar. Hati yang teguh seperti ular berbisa bisanya masih pada raga walau menjalar akar.

Nice poem. (^__^) Luv to squeeze my brain to understand it, but still... BEWILDERED... perplexed....

dinaso said...

"Hati yang teguh seperti ular berbisa bisanya masih pada raga walau menjalar akar."

itu peribahasa melayu yang dijumpai dalam buku emak zaman2 dahulu, cukup berminat dengan maksudnya dan juga aplikasinya