assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh semuanya.
hendak dengar cerita? tidak. baca cerita. alkisah seorang wanita. setiap kali ketemu sahabat-sahabatnya, dia mengingat setiap butiran bicara mereka. suatu hari berjalanlah dia, sambil minda penuh dengan kisah-kisah dan koleksi nasihat.
hari yang mendung. kadangkala serasa jaluran angin keras menerpa wajah. "tanda langit bisa menangis," agakan cuma.
si wanita bertapak selangkah maju. jalan penuh dedaunan kering serata-rata, bergeseran seiring pergerakan udara. sesekali kata-kata seseorang menerjah ruang minda.
"iman itu menaik dan menurun," terus dia mengingat seorang sahabat ini, yang berkata sebaris ayat ini sambil menulis sesuatu di sehelai lembaran putih. entah apa. namun dia ingat kata-kata sahabat itu, walau langsung lupa tentang tulisan beliau.
dan si wanita menyelesaikan setapak dua lagi. masih mampu melawan desakan angin dan kelelahan seharian bekerja.
"hati kita, bila diisi dengan dunia, tiada ruang untuk akhirat," ujar seorang sahabat lagi. ya, kata-kata ini didengarinya sewaktu dia mendengar beberapa orang lagi berbincang di sekitarnya. perbincangan terhenti seketika tatkala mereka terlihat dia. senyuman dibalas senyuman. berderai gelak ketawa. lalu diajak bersama menyumbang idea. semoga semuanya Allah redha.
namun, sang wanita dapat merasakan yang langkahnya semakin memberat. seakan mahu berhenti. kadangkala kesejukan mencengkam. mendongak ke atas, mahu memastikan jika telah ada titis-titis air. "langit belum menangis, atau tidak akan buat hari ini. siapa pun tidak tahu. bukan engkau bukan aku. hanya Allah yang Satu, bantulah aku" bicara hati pantas. pohon kekuatan melangkah pulang ke rumah, sambil terngiang-ngiang di telinga kata-kata ini..
"cara penerimaan perasaan sedih, atau gembira atau apa sahaja perasaan kita, bergantung kepada hubungan kita dengan Allah..."
“Maka segeralah kembali kepada Allah.” (Adz-Dzariyat: 50)
walau tidak pasti akan perasaan sendiri ketika itu. si wanita mendapat kesinpulan terhebat. imanmu harus dijaga disirami. isikan hatimu dengan akhirat, lalu kamu pasti manfaatkan dunia. dan sekaligus, menjaga hubunganmu dengan Allah. maka beruntunglah.
“Maka sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (Surah Asy-Syams, 9:10).
Ya, jiwa itu. jiwa kita. milik Allah untuk kita. milik sementara untuk digilap di dunia, supaya di akhirat kelak, membantu ke syurga.
tamat kisah. wanita itu selamat sampai ke destinasinya, beserta refleksi indah dari Allah. Alhamdulillah.
No comments:
Post a Comment